Claypot Popo : Sajian Hangat yang Jadi Ikon Kuliner Ibukota

Jakarta dikenal sebagai kota yang tidak pernah tidur, dengan kehidupan modern yang berpadu dengan tradisi. Salah satu daya tarik utamanya adalah keragaman kuliner. Dari makanan kaki lima hingga restoran mewah, ibukota Indonesia selalu punya kejutan baru bagi pecinta kuliner. Di antara banyak pilihan tersebut, ada satu tempat yang belakangan ini mencuri perhatian, yaitu Claypot Popo.

Baca Juga : Review Makanan Bayi: MPASI Pertama yang Aman dan Bergizi

Claypot Popo bukan sekadar tempat makan biasa. Restoran ini berhasil menyatukan konsep nostalgia, rasa rumahan, dan teknik memasak tradisional yang memanfaatkan claypot (panci tanah liat). Suasana hangat yang ditawarkan, ditambah dengan rasa autentik, menjadikan Claypot Popo sebagai salah satu destinasi kuliner favorit di Jakarta.

Artikel ini akan membahas secara detail tentang sejarah Claypot Popo, menu andalan, keunikan teknik memasak claypot, daya tarik suasana restoran, hingga dampaknya dalam tren kuliner ibukota.


Sejarah Claypot Popo

Asal Usul Nama

Nama “Popo” berasal dari bahasa Tionghoa yang berarti “Nenek.” Filosofinya sederhana: Claypot Popo ingin menyajikan makanan dengan cita rasa rumahan yang penuh kasih sayang, seperti masakan nenek untuk keluarga.

Berdiri di Tengah Persaingan Kuliner Jakarta

Claypot Popo lahir di tengah ramainya bisnis kuliner Jakarta. Namun, alih-alih mengikuti tren cepat saji, Claypot Popo memilih jalur berbeda: menghadirkan masakan tradisional yang dimasak lambat dengan claypot. Konsep ini ternyata berhasil menarik pelanggan yang rindu pada masakan hangat dan autentik.


Menu Andalan Claypot Popo

Claypot Popo menawarkan beragam menu dengan karakter khas. Beberapa yang paling populer antara lain:

  1. Claypot Rice

    • Nasi putih dimasak langsung di claypot, ditambahkan kecap asin, minyak wijen, dan topping ayam atau sapi. Aroma gosong di dasar pot justru menjadi sensasi nikmat yang ditunggu-tunggu.

  2. Claypot Ayam Kampung

    • Potongan ayam kampung dimasak dengan rempah dan kecap khas, menghasilkan rasa gurih dan sedikit manis.

  3. Claypot Seafood

    • Udang, cumi, dan ikan segar dimasak dengan saus tiram kental, menciptakan kombinasi rasa asin, manis, dan gurih.

  4. Claypot Tahu Telur Asin

    • Tahu lembut dipadukan dengan saus telur asin creamy, lalu dipanaskan dalam claypot hingga meresap.

  5. Claypot Kari Popo

    • Kari khas dengan rasa rempah kuat, cocok disantap dengan nasi hangat.

  6. Minuman Nostalgia

    • Tidak hanya makanan, Claypot Popo juga menghadirkan minuman tradisional seperti teh tarik, kopi susu, hingga wedang jahe.


Suasana dan Konsep Restoran

Claypot Popo tidak hanya menjual makanan, tetapi juga pengalaman.

  • Interior Nostalgia
    Dinding dengan dekorasi klasik, meja kayu panjang, foto hitam putih keluarga, hingga pernak-pernik jadul menciptakan suasana rumah nenek.

  • Hidangan Langsung di Claypot
    Semua makanan disajikan langsung di claypot panas, sehingga pelanggan merasakan kehangatan khas masakan rumah.

  • Musik dan Atmosfer
    Alunan musik tempo dulu menambah kesan nyaman, membuat banyak orang betah berlama-lama.


Mengapa Claypot Popo Viral?

Ada beberapa faktor yang membuat Claypot Popo viral di kalangan pecinta kuliner Jakarta:

  1. Konsep Unik → menghadirkan masakan rumahan dengan teknik claypot jarang ditemui di Jakarta.

  2. Cocok untuk Media Sosial → tampilan nasi mendidih dan suara sizzling saat disajikan sangat fotogenik.

  3. Rasa Otentik → cita rasa sederhana namun kaya, membuat banyak orang ingin kembali lagi.

  4. Harga Terjangkau → meskipun unik, harga menu relatif ramah di kantong.

  5. Sentuhan Emosional → nama “Popo” membuat pelanggan merasa bernostalgia dengan masakan nenek.


Peran Claypot Popo dalam Tren Kuliner Jakarta

Jakarta selalu penuh dengan tren makanan, dari kopi kekinian, minuman boba, hingga Korean BBQ. Namun, Claypot Popo berhasil bertahan bukan karena ikut tren, melainkan karena menghidupkan kembali nostalgia.

Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat kota besar tidak hanya mencari sesuatu yang baru, tetapi juga ingin kembali ke rasa lama yang penuh kenangan.


Dampak Ekonomi dan Sosial

  1. Memberdayakan Pekerja Lokal → Claypot Popo banyak mempekerjakan tenaga kerja dari sekitar lokasi.

  2. Meningkatkan UMKM → penggunaan bahan lokal seperti ayam kampung, tahu, dan rempah membantu petani dan produsen kecil.

  3. Menciptakan Wisata Kuliner → banyak wisatawan luar kota datang khusus untuk mencoba Claypot Popo.


Review Pengunjung

Banyak food blogger dan pelanggan memberikan ulasan positif tentang Claypot Popo:

  • “Rasanya benar-benar mengingatkan saya pada masakan nenek di rumah.”

  • “Suasana restorannya bikin betah, makanan selalu hangat sampai suapan terakhir.”

  • “Claypot ricenya wajib coba, aromanya bikin ketagihan.”

Review ini membuat Claypot Popo semakin terkenal dan direkomendasikan.


Tips Menikmati Claypot Popo

  1. Datang di Jam Sepi → agar tidak antre panjang.

  2. Pesan Claypot Rice → menu paling ikonik yang harus dicoba.

  3. Kombinasikan dengan Minuman Tradisional → teh tarik atau kopi Popo cocok jadi pendamping.

  4. Makan Saat Panas → rasa terbaik muncul saat claypot masih mendidih.



Baca Juga : Review Makanan Diet Cepat yang Bisa Digoreng, Enak dan Tetap Sehat

Claypot Popo bukan hanya restoran, tetapi juga sebuah pengalaman kuliner yang sarat nostalgia. Dengan teknik memasak tradisional claypot, menu autentik, suasana hangat, serta harga yang terjangkau, Claypot Popo berhasil merebut hati pecinta kuliner Jakarta.

Kehadirannya menunjukkan bahwa di tengah gempuran tren modern, makanan sederhana dengan sentuhan cinta dan tradisi tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat.

Iga Panggang Panglima: Daging Lumer, Bumbu Nendang Banget!

Kalau lo tipe orang yang langsung laper tiap denger kata “iga panggang”, lo harus tau soal yang satu ini: Iga Panggang Panglima. Denger namanya aja udah bikin penasaran, tapi pas nyobain? Wah, rasa dan sensasinya bener-bener bikin nagih.

Kenapa Iga Panggang Ini Jadi Pembicaraan Anak Nongkrong?

Lo pasti pernah ngalamin, lagi nongkrong malem-malem terus laper, pengen makan yang berat tapi juga gak biasa. Nah, iga panggang ini jadi jawaban yang pas banget. Bukan cuma soal dagingnya yang tebel, tapi juga soal rasa. Serius, bumbunya gak main-main. Nendang dari gigitan pertama sampai terakhir.

Baca juga: Tempat Makan Malam yang Sering Jadi Markas Anak Hits Kota, Ada yang Jual Iga Viral?

Apa yang Bikin Iga Panggang Panglima Ini Beda?

  1. Dagingnya Lumer Gak Pake Nunggu Lama
    Proses masaknya udah gak main-main. Iga-nya dipanggang pelan-pelan sampe bener-bener empuk. Lo gak perlu ngunyah keras-keras, karena dagingnya literally lumer di mulut.

  2. Bumbu Marinasinya Gila-Gilaan
    Ini bukan bumbu yang asal kecap sama cabai. Rasanya kaya, deep, dan nyatu banget sama dagingnya. Ada rasa manis, pedas, gurih, dan smoky yang semuanya balance.

  3. Porsi Gede Buat Nongkrong Bareng
    Gak pelit. Porsinya cocok banget buat sharing. Tapi kalau lo lagi laper sendirian? Sikat sendiri juga gak dosa.

  4. Saus Tambahan yang Bikin Ketagihan
    Ada saus sambal homemade, ada juga saus manis-pedas yang khas banget. Lo bisa sesuaikan sama selera. Makan pakai nasi panas atau kentang goreng juga sama-sama mantap.

  5. Topping Tambahan Biar Makin Komplit
    Ada pilihan topping kayak keju meleleh, sambal matah, sampe onion ring crispy. Jadi makin unik dan bisa disesuaikan sama selera lo.

Di tengah banyaknya pilihan makanan berat, iga panggang ini muncul sebagai jawaban buat lo yang bosen sama menu itu-itu aja. Apalagi kalau lo tipikal yang gak puas cuma makan ringan. Ini makanan buat lo yang pengen makan enak, puas, dan bikin mood naik lagi.

Jadi kalau lo lagi nyari kuliner yang bisa jadi topik obrolan sambil nongkrong, atau pengen bawa keluarga makan dengan rasa bintang lima, Iga Panggang Panglima ini bisa banget masuk wishlist. Karena gak cuma soal makan, tapi juga soal pengalaman rasa yang bakal susah dilupain

Roti Rakyat Milik Coki Pardede—Kenapa Rasanya Bikin Merinding?

Roti biasanya hanya sekadar makanan pokok atau camilan pengganjal lapar. Tapi ada satu roti yang belakangan ini justru mengundang decak kagum, rasa penasaran, bahkan membuat orang-orang berkata, “Rasanya bikin merinding!” Bukan karena rasa pedas atau keanehan bahan, tapi karena ada nilai dan semangat yang tersembunyi di balik adonannya.


Ya, kita sedang membicarakan Roti Rakyat milik Coki Pardede—sebuah gebrakan yang bukan cuma bisnis, tapi juga gerakan rasa dan gagasan.

Apa yang Membuat Roti Ini Beda dari yang Lain?

Di tengah dunia kuliner yang penuh kemasan mewah dan branding luar biasa, Roti Rakyat tampil sederhana—bahkan terkesan “rakyat banget.” Tapi jangan tertipu oleh tampilan. Begitu gigitan pertama masuk ke mulut, banyak orang terdiam sejenak. Ada rasa jujur. Ada tekstur yang bukan sekadar lembut. Ada kesan yang sulit dijelaskan, seolah-olah roti ini punya cerita sendiri.

Baca juga: Bukan Sekadar Usaha Kuliner, Ini Simbol Kembali ke Rakyat!

5 Hal yang Bikin Roti Rakyat Jadi Pengalaman Tak Terlupakan

  1. Rasanya Mengandung Karakter
    Roti ini tidak dirancang untuk semua lidah, tapi bagi yang mengerti—rasanya seperti menemukan identitas. Ada karakter kuat, seperti sang penciptanya, yang membuat setiap gigitan terasa punya sikap.

  2. Kesederhanaan yang Otentik
    Tidak ada lapisan manis berlebihan, tidak ada kemasan mewah. Justru inilah kekuatannya. Ia tampil apa adanya—seperti suara rakyat yang tidak dibuat-buat.

  3. Ada Filosofi di Balik Resep
    Ini bukan sekadar adonan. Ini adalah narasi tentang perjuangan, tentang masa lalu yang keras, tentang keberanian menghadapi stigma, dan keberanian untuk bangkit.

  4. Rasa yang Tidak Bisa Diprediksi
    Setiap varian memiliki keunikan sendiri. Bukan hanya rasa manis atau gurih, tapi ada kejutan kecil yang membuat orang bertanya: Ini beneran roti? Atau sesuatu yang lebih dari itu?

  5. Daya Tarik Sosial dan Budaya
    Roti ini tidak hanya mengenyangkan, tapi memicu diskusi. Tentang kelas sosial, tentang branding ‘rakyat’, tentang makanan sebagai bahasa perlawanan.

Lebih dari Sekadar Roti: Ini Adalah Suara

Coki Pardede dikenal sebagai sosok yang tak takut berbicara, tak takut berbeda. Roti Rakyat adalah perpanjangan dari dirinya—mungkin lebih jujur daripada apa pun yang bisa ia sampaikan di panggung. Ini adalah bentuk lain dari kritik sosial, dari kejujuran yang dibalut dengan rasa dan tekstur.

Jangan Kaget Kalau Merinding Setelah Gigitan Pertama

Merinding bukan hanya karena rasa enak. Tapi karena kita menyadari: ada sesuatu yang lebih besar sedang kita rasakan. Kita sedang menyentuh karya yang lahir dari keberanian, kejujuran, dan kerinduan untuk kembali menyatu dengan suara akar rumput.

Inilah Roti Rakyat—roti yang mengandung ideologi, rasa, dan perlawanan. Bukan cuma untuk dimakan, tapi untuk dipahami.